Selasa, 07 Juni 2011

KAIDAH FIQH YANG BERHUBUNGAN DENGAN AHWAL SYAKHSIYYAH


KAIDAH FIQH YANG BERHUBUNGAN DENGAN AHWAL SYAKHSIYYAH

Pendahuluan
Dalam kesempatan ini penulis akan berusaha sedikit-demi sedikit ( insya allah ) menukilkan " qaidah syariyyah dari qaidah fiqhiyyah muyassaroh / qaidah-qaidah fiqih yang mudah " yang telah digoreskan oleh ulama' dari generasi salafus sholeh terdahulu ataupun sekarang,  sehingga kita semakin mengenal akan qaidah-qaidah syar'iiyah yang di atasnya di bangun agama ini serta dalam istimbat hukum, dan mempermudah bagi kita untuk memahami agama ini ( isnya ALLAH), & kitapun beragama dengan qaidah dan ilmu karena makna ilmu mengetahui kebenaran dengan dalilnya bukan hanya sekedar akal-akalan & memperturutkan hawa nafsu sebagaimana kata imam ali RA tatkala mensikapi perintah rasulullah untuk mengusap sepatu bagian atas bukan bagian bawahya bagi orang yang berwudhu memakai sepatu jika musafir (ataupun lainya misal musin dingin) belaiau berkata :

لو الدين براء لمســـح اصفــل خفين أفضال من اعلاها

Seandainya agama ini dengan akal-akalan sungguh mengusap 2 sepatu bagian bawahnya ( tatakala berwudhu) lebih utama dibanding bagian atasnya. (bisa di lihat di kutaib ta'dimus sunnah ) untuk mengemukakan qoidah fiqih yang mudah kita cerna bukan memperdebatkanya namun untuk menambah  perbendaharaan ilmu syar'iiyah sekalian muraja'ah bagi ana khususnya terhadap ilmu yang telah ana pelajari dahulu kala di ma'had baik secara hapalan ataupun tulisan tatkala di Indonesia hingga saat ini di Saudi Arabia, dan ini penulis nukilkan dari beberapa kitab karangan ulama diantaranya :

قواعد القواعد لشيـــخ صالح بن عبد العزيز آل الشيخ
منظومة القواعد الفقهية للعلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله
رسالة لطيفة في أصول الفقه للعلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله
ملخص القواعد الفقهية إعداد أبو حميد عبد الله بن حميد الفلاسي
مذكرة أصول الفقه على روضة الناظر للعلامة ابن قدامة رحمه الله تأليف الشيخ محمد الأمين بن المختار الشنقيطي رحمه الله صاحب أضواء البيان
منظومة القواعد لشيخ صالح العثيمن

Adapun untuk kitab yang pertama ( qowaid al qowaid ) penulis hanya menukilkan makna & arti qowaid/qaidah karena kitab ini banyak membahas qaidah secara umum terutama dalam masalah manhaj adapun jika ada yang salah baik terjemahan & tulisan sebagai manusia biasa penulis mohon maaf yang tiada terkira & mohon di koreksi, sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadist

الانســـان محــل الخطاء و النسيان و خير الخطاء التوبــون

Sesunggunya manusia itu tempatnya salah dan lupa sebaik-baiknya kesalahan adalah dengan bertaubat kepada ALLAH.
jika ada benarnya itu datangnya dari ALLAH semata sebagiamana firmaNya :

الحق من ربــك فلا تكونن من الممترين

Sesungguhnya kebenaran itu datang dari ALLAH maka janganlah engkau bimbang & ragu
Sebelumnya sedikit kita nukilkan penjelasan makna qowaidul fiqhiyyah secara ringkas..

Makna al qowai'd

لغـــة
القواعد عرَّفها أهل العلم بأنها جمع قاعدة، والقاعدة ما يُبنى عليها غيرها، قاعدة الشيء ما يبنى عليها غيرها. بمعنى : (و زيادة مني ) الاساس مثلا قاعدة العمارة أو القانون أو المبداء مثلا : قاعدة البلاد أو الحكومـــة





Arti Secara bahasa :
Kata :"qawa'id" sebagaimana dijelaskan oleh ahlul ilmi " dia adalah jama dari kata"qaidah " dan maknanya adalah : apa-apa yang dibangun diatasnya sesuatu yang lain ( lihat qowaidul qowaid hal : 4 ) adapun tambahan dari saya sendiri: artinya pondasi / dasar misal jika dikatakan قاعدة العمارة / qoidatul imaroh artinya pondasi bagunan, bisa juga bermakna : prinsip dan asas ( metode/peraturan) , misal قاعدة البلاد أو الحكومــة / qoidatul bilad au hukumah artinya prinsip /peraturan negara atau pemerintah.

Arti Secara Istilah:

Untuk itu berkata ahlul ilmi adapun qaidah secara istilah syar'ii adalah : perkara yang menyeluruh ( universal ) yang di kembalikan kepadanya cabang-cabang yang banyak.Dan berkata sebagian yang lain : qoidah adakah perkara yang menyeluruh dikembalikan kepadanya cabang-cabang yang banyak, maka dari uraian tersebut bahwasanya makna qaidah adalah : sebuah ungkapan yang terdiri dari beberapa kata akan tetapi masuk didalamnya pembahasan yang luas, karena sesunggunya pembahasan inti dari qaidah adalah untuk mengumpulkan cabang-cabang yang berbeda-beda.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang kaidah fiqih yang berkaitan dengan ahwal syahsiyyah.


PEMBAHASAN

KAIDAH KESEPULUH :

الأصل في الأبضاع واللحوم والنفس والأموال التحريم

al aslu fil abdho'i wal luhuumi wan nafsi wal amwaali at tahrim

hukum asal dalam hal perkawinan ( kemaluan ), daging hewan dan jiwa/nyawa dan harta adalah haram

والأصل في الأبضاع واللحوم تحريمها حتى يجيء الحل والنفس والأموال للمعصوم فافهم هداك الله ما يُمل لعلها "ما يَحِلُ" .

Hukum asal perkawinan ( kemaluan ) dan daging ( hewan ) adalah haram sampai ada sebab yang menghalalkanya, begitu juga hukum asal jiwa (kehormatan ) harta adalah terjaga maka fahamilah semoga allah memberikan petunjuk terhadap apa yang kamu harapkan ( munkin yang bagus adalah يمل diganti يحل )

الأصل في الأبضاع التحريم. البُضع: قطعة اللحم، في لغة العرب. وفي الاصطلاح يطلق على ثلاثة معان:

Hukum asal dalam hal perkawinan ( kemaluan ) adalah haram , kata البضع ( al budh'u) artinya dalam bahasa arab : adalah potongan daging , adapun arti secara istilah syar'ii mencakup tiga hal :

المعنى الأول: الفرج. ولا شك أن الأصل في الفروج التحريم، فلا تستعمل إلا في ما جاء دليل بحله وجوازه. ودليل ذلك: قول الله - عز وجل - { وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) } (سورة المؤمنون آية : 5-7) .
Makna yang pertama ( البضع ) adalah : الفرج / kemaluan. Dan tidak diragukan bahwasanya hukum asal dalam hal kemaluan adalah haram, maka tidak boleh memakai dan menjamahnya kecuali ada dalil ( sebab) yang membolehkan dan menghalalkanya untuk menjamahnya, adapun dalilnya adalah :
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÅ_rãàÿÏ9 tbqÝàÏÿ»ym ÇÎÈ   žwÎ) #n?tã öNÎgÅ_ºurør& ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNåkß]»yJ÷ƒr& öNåk¨XÎ*sù çŽöxî šúüÏBqè=tB ÇÏÈ   Ç`yJsù 4ÓxötGö/$# uä!#uur y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrߊ$yèø9$# ÇÐÈ  
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki.[1] Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa. 7 Barangsiapa mencari yang di balik itu.[2] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas ( al mukminun : 5-7).

وجاء في الحديث أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال في النساء: " اتقوا الله في النساء، فإنكم استحللتم فروجهن بكلمة الله " فدل ذلك على أن الأصل في النساء تحريم الفروج، حتى يأتي أمر يحلها، وهو كلمة الله. والمراد بكلمة الله -على الصحيح- عقد النكاح. إلى غير ذلك، من النصوص الواردة في تحريم الأبضاع، بمعنى الفروج .

Dan dalam sebuah hadist , rasulullah bersabda tentang kehormatan perempuan : "bertakwalah kepada allah dalam mempergauli istri-istri kalian, karena sesungguhnya kalian dihalalkan menjamah (menjima') kemaluan istri kalian dengan kalimat allah "

Maka dari hadist ini ( dan ayat sebelumnya pent.) dapat kita ketahui bahwasannya hukum asal perempuan dan kehormatan serta kemaluannya adalah haram sampai ada sebab yang menghalalkannya yaitu dengan kalimat allah, sedang yang dimaksud kalimat allah dalam hadist tersebut–yang bena – adalah : ikatan pernikahan, dan masih banyak lagi dalil-dalil yang lainya dalam al qur'an dan as sunnah yang mengharamkan al abdho' yaitu kemaluan.

المعنى الثاني من معاني ذلك: الجماع. والجماع لازم للفرج، وإذا قررنا أن الأصل في الفروج التحريم، فكذلك في الجماع .

Makna ( البضع / الابضاع ) yang kedua adalah: jima' ( bersetubuh ) sedang jima' itu harus pada kemaluan, maka jika kita hubungkan dengan kemaluan ( penjelasan diatas pent.) adalah haram, maka demikian juga dalam jima' (karena jma' tidak terjadi kecuali pada kemaluan pent.)

والمعنى الثالث: يراد به عقد النكاح، وذهب بعض العلماء إلى أن الأصل في العقود -عقد النكاح- التحريم، كما رأى ذلك السيوطي -في الأشباه والنظائر- وغيره من أهل العلم. وهو ظاهر عبارة المؤلف هنا، وظاهر عبارته في الشرح. وهذا المعنى لا يصح، بل الأصل في عقد النكاح الجواز والحل، حتى يأتي دليل يدلنا على التحريم.

Makna yang ketiga : yang dimaksud البضع adalah ikatan pernikahan, berpendapat sebagaian ulama' bahwasanya hukum asal dalam ikatan pernikahan adalah haram, sebagaimana pendapat as suyuthi dalam kitabnya "al asbaahu wan nadhooiru" dan juga sebagian ahlul ilmi, dan inilah yang nampak dari ungkapan bait syair mualif disini ( as syeikh as sa'dhiy pent ) dan juga apa yang nampak dari syarah / penjelasan bait kaidah tersebut. Maka makna ini kurang benar, bahkan hukum asal dalam ikatan pernikahan adalah adalah boleh dan halal sampai ada dalil yang menunjukkan akan keharamannya.

ودليل ذلك: عدد من النصوص الشرعية، منها قوله -جل وعلا-: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ } ( سورة المائدة آية : 1) ومن ذلك عقد النكاح. فالأصل في العقود الصحة والجواز، حتى يأتي دليل يدل على الفساد، وعدم الصحة.

Adapun dalilnya adalah : beberapa nusus ( nash-nash ) syar'iyyah diantaranya firmannya: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ } ( سورة المائدة آية : 1)
Artinya:1. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[3].
termasuk didalamnya adalah perjanjian dalam pernikahan, maka hukum asal dalam perjanjian tersebut adalah boleh dan syah, sampai ada dalil yang menunjukkan rusak dan batalnya ikatan perjanjian tersebut.

ويدل على ذلك: قوله -جل وعلا-: { حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ..... } (سورة النساء آية : 23) الآية، فإن الله - عز وجل - قد حصر المحرمات، فدل ذلك على أن الباقي على الحل .
Dan menunjukkan hal tersebut firman allah jalla wa'alla : 23. Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[4]…….. ( an nisa : 23)
dalam ayat ini sesungguhnya allah membatasi perempaun yang haram di nikahi, maka ini menunjukkan selain yang disebutkan tersebut adalah halaj dan boleh di nikahi

ويدل عليه آخر الآية في قوله - عز وجل - { وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ } (النساء آية : 24) فدل ذلك على أن الأصل في عقد النكاح الجواز والحل، حتى يأتي دليل يغيره .Dan menunjukkan yang demikian juga adalah firman allah di akhir ayat 24 surat an nisa : 24. dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian[5] (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina..
Maka ayat ini menunjukkan hukum asal dalam ikatan pernikahan adalah boleh dan halal sampai ada dalil yang memalingkannya.

قال: "والأصل في اللحوم التحريم". وهذا مذهب بعض الفقهاء، أن الأصل في اللحوم هو التحريم. ويستدلون على ذلك بحديث عدِي، أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: " إذا أرسلت كلبك المعلم، ووجدت معه غيره فقتل، فلا تأكل فإنك لا تدري أيَّهما قتل " ويستدلون على ذلك: بأنه إذا اجتمع في نوع اللحم سبب مُبيح وسبب حاظر، غلب جانب الحظر. كما في البغل، وكما في الطير إذا صيد بالسهم، فوقع في الماء . وقد ورد في ذلك حديث في النسائي .

Adapun perkataanya : "والأصل في اللحوم التحريم". Hukum asal daging hewan adalah haram" ini adalah madhab sebagaian fuqoha', mereka berpendapat bahwasanya hukum asal daging hewan adalah haram, mereka berdalil dengan hadist yang di riwayatkan 'adhiy bin hatim ( pent.) bahwasanya rasulullah SAW bersabda: " jika kalian berburu dengan anjing yang terlatih, dan kamu dapati bersamanya hewan yang lain dan dia membunuhnya, maka jangan kamu makan, karena sesungguhnya kamu tidak tahu siapa yang saling memyerang dan membunuh." Mereka berdalil dengan hadist ini : bahwasanya jika berkumpul antara jenis daging yang di halalkan dan jenis daging yang berbahaya/haram, maka mengutamakan pendapat daging yang berahaya ( tidak memakan daging yang halal namun tercampur dengan yang haram tersebut pent.) sebagaimana pula kuda/keledai biqol ( peranakan dari kuda dengan keledai pent.) , dan burung yang mati karena dipanah kemudian jatuh di air ( karena tidak jelas apakah matinya karena di panah atau karena tengelam dalam air pent. ) , dan sebagaimana di sebutkan dalam sebuah hadist dalam sunan nasa'i.
Bersangkutan dengan masalah ini ( hal yang mubah bercampur dengan hal yang haram / berbahaya ) ana dapatkan dalam kitab mulakhos qowaid al fiqhiyyahnya as syeikh sholeh al usaimin yang di rinkas oleh as syeikh abu humaid Abdullah al falasiy mengatakan dalam kaidah ke dua puluh satu
القاعدة الحادية والعشرون: إذا اجتمع مباح ومحظور، غلب المحظور.
Idhaa ijtama'a mubahun wa mahthurun, gholabal mahthuru

Artinya Jika berkumpul menjadi satu antara sesuatu yang halal dengan yang haram/berbahaya maka di dahulukan ( diambil ) yang haram/berbahaya.

إذا اجتمع مباح ومحظور، غلب جانب المحظور احتياطاً وذلك لأنه لا يمكن تجنب الحرام إلا باجتناب الكامل للحلال والحرام، ويدل على ذلك قوله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [المائدة:90] فحرم الله الخمر والميسر مع أن فيهما منافع للناس، لكن لما غلب جانب الشر منع.

Penjelas dari kaidah ini : jika berkumpul dalam sesuatu antara hal yang mubah dan hal yang haram / berbahaya, maka di utamakan sisi yang haram untuk menjaga diri dari haram tersebut, dan tidak munkin menjauhi / menjaga diri dari sisi yang haram tersebut kecuali jika menjauhi secara total sesuatu yang yang bercampur antara yang halal dengan yang haram tersebut, adapun dalil yang menunjukkan kaidah ini adalah firman allah SWT " Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan" ( QS al maidah : 90 ). Dalam ayat ini allah mengharamkan khamer ( minuman keras ) dan judi (serta mengundi nasib pent.) padahal di dalamnya terdapat manfaat dan faedah buat manusia, namun jika bayak mudharat dan kejelekannya maka mnjadi haram dan dilarang.

ولعل هذه الأدلة ليست في مسألة الأصل؛ لأن هذه الأدلة لما اجتمع فيه سببان: سبب تحريم، وسبب إباحة. كلب صيد وكلب أجنبي، سهم وغرق. ومسائل الأصل -كما تقررت سابقا- يراد بها: المسائل التي ليس فيها دليل. لا دليل إباحة، ولا دليل تحريم؛ ولذلك فإن الأظهر أن الأصل في اللحوم هو الحل، وليس التحريم.

Munkin saja dalil-dalil ini bukan inti dari permasalahan hukum asalnya, karena dalil-dalil ini jika berkumpul antara daging yang halal dan yang haram didalamnya ada dua sebab yaitu : sebab keharamanya dan sebab kehalalanya, antara daging dari anjing pemburu ( terlatih ) dan anjing biasa, antara hewan yang mati karena anak panah atau karena tengelam. Namun permasalahan inti asalnya – sebagiamana penjelasan di atas- adalah : perkara dan sesuatu yang tidak ada /tidak didapati dalilnya, baik dalil yang menghalalkannya atapun dalil yang mengharamkannya, oleh karena itu yang nampak jelas dan rajih : bahwasanya hukum asal daging hewan adalah halal bukan haram.

كما قلنا في المياه: الأصل فيها الطهارة، ولو اجتمع سبب طهارة، وسبب نجاسة في الماء، حرم. ولا يدل ذلك على: أن الأصل في المياه هو النجاسة .

Sebagaimana kami katakana tentang air : hukum asal air adalah suci, seandainya berkumpul antara sebab kesuciannya dan sebab kenajisannya maka air itu menjadi najis ( tidak boleh di gunakan untuk bersuci pent.) maka dari hal tersebut tidak menunjukkan bahwasanya : " hukum asal air adalah najis "

ويدل على: أن الأصل في اللحوم هو الجواز والحل، قوله سبحانه: { قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً ..... الآية } (سورة الأنعام آية : 145) ، فإنه دل على: أن الأصل هو الحل والجواز، وأن التحريم مستثنى.

Adapun dalil : hukum asal daging adalah boleh dan halal, adalh firmanNYA : 145. Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - Karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha penyayang". ( al an'am : 145 terjemahannya saya nukil dengan lengkap pent. )
Maka dari ayat ini menunjukkan bahwasanya : hukum asal daging hewan adalah halal dan boleh dimakan , dan pengharammnya adalah dengan pengecualaian ( istisna' ) dari yang halal.

ويدل على ذلك: قوله جل وعلا: { وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ } (- سورة الأنعام آية : 119) فدل أن الأصل هو الحل والجواز في اللحوم المأكولة، وأن التحريم مستثنى .

Dan dalil yang lainya adalah firman Allah SWT :Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal Sesungguhnya Allah Telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. ( al an'am : 119 ) maka ayat ini menunjukkan bahwasanya hukum asal daging adalah halal dan boleh memakanya, sedangkan pengharamnya dengan pengecualain ( istisna') dari yang halal.

ويدل عليه أيضا ما ورد في السنن، من حديث عائشة أن النبي - صلى الله عليه وسلم - " سئل عن اللحوم التي تؤتى إليه،
ولا يُدرى هل ذكر اسم الله عليها أو لا؟ فقال: اذكروا اسم الله عليها أنتم وكلوا " ولو كان الأصل في اللحوم التحريم؛ لقيل: لا تأكلوا حتى تعلموا قيام سبب الإباحة. إلى غير ذلك من النصوص الدالة على أن الأصل في اللحوم هو الحل والجواز، حتى يأتي دليل يغيره .

Dan menunjukan demikian juga ( asal daging halal ) hadist yang ada di sunan, dari hadistnya aisyah RA : bahwasanya rasulullah pernah di Tanya tentang daging yang diberikan kepada mereka, sedang mereka tidak tahu apakah dalam penyembelihannya menyebut asma allah apa tidak ? maka beliau menjawab :" maka bacakan basmalah atasnya kemudian makanlah daging itu "( HR bukhari kitabul buyu' bab: tidak memperdulikan was-was dan semisalnya dari subhat hadist no : 2057, kitabut tauhid bab: berdoa dengan nama allah dan mohon perlindungan denganya hadist no:7398)
Kalau seandainya hukum asal daging adalah haram , sungguh akan dikatakan : " janganlah kamu makan sampai kamu tahu dalil ( bukti ) halalnya daging tersebut. Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menyetakan bahwasanya hukum asal daging adalah halal dan boleh, sampai ada dalil yang menyatakan lain ( haram/subhat pent.)

وقوله هنا: "الأصل في النفس التحريم". هذا يراد به: أنه لا يجوز سفك الدماء إلا بدليل من الشارع. فالأصل: تحريم الاعتداء على دماء الخلق، حتى يأتي دليل بذلك. ويدل على هذه القاعدة: نصوص شرعية كثيرة، منها قوله جل وعلا: { وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا} ( سورة النساء آية 29 ( ومنها قوله سبحانه: { وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ } (سورة الأنعام آية : 151) وقوله: { وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ } (سورة الفرقان آية : 68) .

KAIDAH : HUKUM ASAL JIWA ( NYAWA ) MANUSIA ADALAH HARAM

Adapun ucapanya disini :
: "الأصل في النفس التحريم".
Al aslu fin nafsi at tahrimu "

ARTINYA :Hukum asal jiwa manusia adalah haram ditumpahkan darahnya"
yang dimaksud kaidah ini adalah : tidak boleh menumpahkan darah manusia kecuali dengan dalil syar'ii yang menghalalkanya, maka hukum asalnya : haram menumpahkan darah makhluqnya sampai datang dalil tentang masalah tersebut,

DALIL KAIDAH INI
Dari al qur'an telah menunjukkan banyak sekali dalil dari nash-nash syar'ii diantaranya : firman allah SWT : { وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (سورة النساء آية 29) }
artinya :. dan janganlah kamu membunuh dirimu(1); Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.( QS an nisa:29)
(1) larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.


dari as sunnah

وقول النبي - صلى الله عليه وسلم - " لا يحل دم امرئ مسلم إلا بإحدى ثلاث: الثيب الزاني، والنفس بالنفس، والتارك لدينه المفارق للجماعة "
Sabda nabi SAW: tidaklah halal darah seorang muslim kecuali salah satu dari tiga alasan : orang dewasa ( sudah berumah tangga ) yang berzina , orang yang membunuh orang lain, dan orang yang meningalkan agamanya ( murtad ) dan meninggalkan jama'ah umat islam ( HR : bukhari kitabut diyat bab firman allah ( al maidah :45 ) hadist no :6878 dan muslim kitab al qosamah wal muharibin bab : sebab dihalalkannya darah seorang muslim hadist no : 1676 )

Dan inilah hukum asalnya dan kaidah ini selalu dan senantiasa dipakai dalam pengharaman dan terjaganya jiwa seseorang, kecuali memang disana ada dalil yang membolehkan untuk menumpahkan darah, (seperti membunuh tanpa sebab, maka hukumnya orang tersebut di qisos (dibunuh juga), atau dalam peperangan dsb pent.) atau selainya seperti jiwa yang tidak terjaga kehormatannya (boleh dibunuh) seperti : tukang sihir (jaman sekarang lebih terkenal dengan sebutan para normal pent.) dan ini yang boleh membunuhnya adalah pemimpin negara (atau dengan keputusan hakim pent. ) sebagaimana sabda rasulullah SAW : hukuman bagi tukang sihir ( paranormal) adalah dengan pedang ( dipengal lehernya ) sebagaimana disebutkan dalam kitab sunan, contoh lainya: orang yang keluar dari agama islam ( murtad) , atau orang yang memerangi kaum muslimin, sebagaiman firmanya SWT:
 
: { فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ } (سورة التوبة آية : 5)
Maka bunuhlah orang-orang musrik ( yang memerangi kalian ) ( QS : at taubah:5)


KAIDAH : BAHWASANYA HUKUM ASAL DALAM HARTA SESORANG ADALAH HARAM BAGI YANG LAINNYA.

"الأصل في الأموال التحريم"
Al aslu fil amwaali at tahrimu "
Artinya :" hukum asal harta orang lain adalah haram " dan kaidah ini sellau dan senantiasa dipakai dalam syari'at islam .
Adapun dalil dari kaidah ini, banyak sekali nash-nash syar'ii yang menunjukkan hal tersebut diantaranya :

Dalil dari al qur'an
Firman allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ( النساء: 29)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu ( an nisa':29 )
Dan firmanNYA :

{ وَلَا تَعْتَدُوا إِن اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (سورة البقرة 190) }

janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ( al baqorah: 190 )
firmanNYA :

{ وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة 188) }

188. Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.( al baqarah : 188 )

Dalil dari as sunnah :
وقول النبي - صلى الله عليه وسلم - " إن دماءكم وأموالكم عليكم حرام " وقول النبي - صلى الله عليه وسلم - " لا يحل مال امرئ مسلم إلا بطيب نفس منه " إلى غير ذلك من النصوص .
Sabda rasulullah SAW: " sesungguhnya darah kalian dan harta kalian adalah haram ( terjaga ) bagi selain kalian " dan juga sabdanya SAW :" tidak halal harta seseorang muslim kecuali atas kebaikan sang pemiliknya untuk memberikannya " dan banyak seklai dalil-dalil yang lain yang menunjukkan kaidah ini .

KAIDAH : HUKUM ASAL KEHORMATAN ORANG MUSLIM ADALAH TERJAGA ( HARAM )
ومن القواعد المهمة -مثل هذه القواعد- قاعدة "الأصل في الأعراض". فإن الأصل في الأعراض التحريم، بحيث لا يجوز أن يُتناول عرض المسلم بفعل ولا بقول. هذا هو الأصل، والقاعدة مستمرة. فلا يجوز الحديث في الآخرين، ولا غيبتهم، ولا الكلام في معائبهم، إلا إذا قام دليل على جواز ذلك .
Dan termasuk kaidah yang berhubungan dengan pembahasan ini dan juga termasuk kaidah penting adalah :
الأصل في الأعراض التحريم
(al aslu fil a'roodhi at tahrim )

Artinya : hukum asal kehormatan seseorang adalah haram merendahkannya, maka tidak boleh menganggu, mengambil dan merampas kehormatan seorang muslim, baik dengan ucapan ataupun dengan perbuatan, ini adalah hukum asalanya ( disini tidak disebutkan pengecualian-pengecualiannya walaupun ada, karena kita membicarakan hukum asalanya, dimana hukum asal adalah umum pent.) dan kaidah ini selalu dan senantiasa dipakai dalam syari'at, maka tidak boleh membicarakan kehormatan orang lain , dan tidak boleh menghibahnya, dan berbicara tentang kejelekan , aib dan kekurangganya, kecuali disana ada dalil yang membolehkan hal yang demiakian itu .

ودليل هذا: قول الله جل وعلا: { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ } (سورة الحجرات آية : 11) إلى أن قال في الآية الأخرى: { وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ } (سورة الحجرات آية : 12) .
Adapun dalil dari kaidah ini adalah firmanNYA : 11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[2]
dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.(QS al hujurat : 11 ) dan dalam ayat berikutnya allah berfirman : 12. . dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS al hujurat : 12.
_____________________________ ________
[1] Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[2] panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

وجاء في الحديث المتفق عليه أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: " إن دماءكم وأموالكم وأعراضكم عليكم حرام، كحرمة يومكم هذا، في شهركم، هذا في بلدكم هذا " ولا يحضرني الآن هل لفظة "أعراضكم" في الصحيحين؟ أو هي في مسلم فقط؟
Dan dinyatakan dalam hadist shohih yang mutafak alaihi bahwasanya rasulullah SAW bersabda: " sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian haram ( terjaga ) dari selaianya, sebagaiamana keharaman pada hari ini ( fathul makkah ) di bulan ini , dan di negri kalian ini ( makkah), adapun kalimat " kehormatan kalian apakah ada dalam shohihain ( bukahri-muslim ) atau hanya ada dalam kitab muslim saja.


Referensi :

http://myquran.com/forum/showthread.php/186-Kaidah-Kaidah-Fiqh-Qowaidul-Fiqhiyah/page2
http://kumpulanhadistkumpulanhadist.blogspot.com
http://nadaahmad.blogspot.com

Kitab-kitab:
قواعد القواعد لشيـــخ صالح بن عبد العزيز آل الشيخ
منظومة القواعد الفقهية للعلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله
رسالة لطيفة في أصول الفقه للعلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي رحمه الله
ملخص القواعد الفقهية إعداد أبو حميد عبد الله بن حميد الفلاسي
مذكرة أصول الفقه على روضة الناظر للعلامة ابن قدامة رحمه الله تأليف الشيخ محمد الأمين بن المختار الشنقيطي رحمه الله صاحب أضواء البيان
منظومة القواعد لشيخ صالح العثيمن


MAKALAH
KAIDAH FIQH YANG BERHUBUNGAN DENGAN
AKHWAL SYAKSIYYAH

Mata Kuliah                 : Qowaidul Fiqhiyyah
Dosen Pembimbing      : Prof. Dr. H. Ahmad Husin Ritonga, MA





 







Disusun Oleh
A. FETONI. AB
NIM. P. 209.1123



PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI HUKUM ISLAM
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2010


[1] Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan Biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan Ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya ( pent.)
[2] Maksudnya: zina, lesbiaan, homoseksual, dan sebagainya ( pent.)
[3] Aqad (perjanjian) mencakup: janji setia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya, juga perjanjian dalam pernikahan , perjanjian dalam jual beli ( pent.)
[4] maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya. ( pent .)
[5] ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisaa' ayat 23 dan 24